11:45
Yeska
,
0 Comments
1. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Gaja Dompak
Piso Gaja Dompak adalah senjata tradisional Sumatera Utara yang berbentuk pisau yang berfungsi untuk memotong dan menusuk. Senjata Tradisional Sumatera Utara tersebut dikenal Piso Gaja Dompak karena pada gagang pisau tersebut terdapat ukiran berbentuk gajah.
Piso Gaja Dompak dipercaya merupakan pusaka kerjaan Batak dimasa raja Sisingamangaraja I. Sebagai pusaka kerjaan, senjata tradisional Sumatera Utara ini tidak diperuntukan untuk membunuh, sebagai senjata pusaka Piso Gaja Dompak ini dipercaya memiliki kekuatan supranatural yang akan memberikan kekuatan spiritual kepada pemegangnya.
2. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Tunggal Panaluan
Tongkat Tunggal Panaluan ini adalah tongkat sakti yang hanya dimiliki oleh raja batak. Dalam perkembanganya tongkat ini dipegang oleh Ketua adat dan dipergunakan pada saat adanya acara besar, seperti mambukka Huta, acara Horja bius dll. Saat ini tongkat pusaka raja batak ini disimpan di museum Gereja Katolik Kabupaten Samosir.
Tongkat Tunggal Panaluan oleh semua sub suku Batak diyakini memiliki kekuatan gaib untuk: meminta hujan, menahan hujan (manarang udan), menolak bala, Wabah, mengobati penyakit, mencari dan menangkap pencuri, membantu dalam peperangan dan lainnya.
3. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Hujur Siringis
Hujur siringis adalah senjata tradisional Sumatera Utara berupa tombak yang dipergunakan oleh masyarakat Batak dalam berperang. Hujur Siringis berbentuk tombak kayu yang ujugnya terbuat dari logam yang runcing.
4. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Silima Sarung
Disebut Piso Silima Sarung karena didalam 1
sarung 5 buah mata pisau. Di dalam pisau ini berisikan kehidupan manusia,
dimana menurut orang batak manusia lahir kedunia ini mempunyai 4 roh, kelima
badan (wujud). Maka dalam ilmu meditasi untuk mendekatkan diri kepada Mulajadi
Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) harus lebih dulu menyatukan 4 roh, kelima badan.
5. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Sitolu Sasarung
Piso Sitolu Sasarung adalah
pisau yang memiliki 1 sarung didalamnya terdapat 3 buah mata pisau. Pisau ini
melambangkan kehidupan orang batak yang menyatu 3 benua. Benua atas, benua
bawah dan benua tonga, Juga melambangkan agar Debata Natolu, Batara Guru merupakan
kebijakan, Batara Sori merupakan keimanan dan kebenaran Batara Bulan merupakan
kekuatan tetap menyertai orang batak dalam kehidupan sehari-hari.
6. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Karo
Pisau Karo merupakan senjata tradisional Sumatera Utara
yang dibuat sekitar Abad 19 dengan dimensi panjang sekitar 31-55 cm. Pegangan
pisau ini terbuat dari kayu, rotan dan gading. Sarungnya ditutupi perak dan
suasa.
7. Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Gading
Piso Gading berasal dari Toba
dibuat sekitar abad ke-19, yang bahannya terbuat dari kayu, rotan, gading dan
memiliki panjang keseluruhan sekitar 66 cm sedangkan panjang pisaunya sekitar
48 cm.
8.Senjata Tradisional Sumatera Utara - Piso Sanalenggam
Piso Sanaleggam merupakan senjata tradisional
Sumatera Utara yang memiliki Gagang pisau menggambarkan sosok pria yang
matanya dihiasi dengan kepala tertunduk. Menggunakan motif yang melilit atau
melingkar dileher. Dibawahnya cincin kuningan dibuat dari kawat yang digulung.
9. Senjata Tradisional Sumatera Utara -Piso Toba
Piso toba merupakan senjata tradisional Sumatera Utara yang
terbuat dari kayu, besi, kuningan. Dibuat sekitar abad - 19.
1. Rumah Adat Bolon
Rumah adat Bolon yang ada di
provinsi Sumatera Utara ini biasanya disebut Rumah Balai Batak Toba, dan telah
diakui oleh Nasional sebagai perwakilan rumah adat Sumatera Utara. Dilihat dari
bentuknya, rumah adat ini berbentuk persegi panjang, termasuk kategori rumah
panggung. Dan hampir keseluruhannya bangunannya terbuat dari bahan alam.
Rumah panggung ini umumnya dihuni
oleh 4-6 keluarga yang hidup bersama-sama. Tujuan rumah panggung adat bolon di
buat supaya memiliki kolong rumah. Kolong rumah tersebut digunakan sebagai
kandang hewan pemeliharaan masyarakat Batak, seperti babi, ayam, dan kambing.
2. Rumah Adat Karo
Rumah adat Karo ini biasanya disebut
sebagai rumah adat Siwaluh Jabu. Siwaluh Jabu sendiri memiliki makna sebuah
rumah yang dihuni oleh delapan keluarga. Masing-masing keluarga mempunyai peran
tersendiri didalam rumah tersebut.
Penempatan keluarga-keluarga dalam
rumah Karo ditentukan oleh adat Karo. Secara umum, rumah adat ini terdiri atas
Jabu Jahe (hilir) dan Jabu Julu (hulu). Jabu Jahe juga dibagi menjadi dua
bagian, yakni Jabu ujung kayu dan Jabu rumah sendipar ujung kayu.
Biasanya rumah adat ini terdiri dari
delapan ruangan dan dihuni delapan keluarga. Sementara dalam rumah adat karo
hanya terdapat empat dapur. Masing-masing jabu dibagi menjadi dua, sehingga
terbentuk beberapa jabu-jabu. Anatara lain, sedapuren bena kayu, sedapuren
ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sadapuren lepar ujung kayu.
3. Rumah Adat Pakpak
Rumah adat Pakpak/Dairi memiliki
bentuk yang khas. Rumah tradisional ini dibuat dari bahan kayu serta atapnya
dari bahan ijuk. Bentuk desainnya, selain sebagai wujud seni budaya Pakpak,
juga bagian-bagian rumah adat Pakpak mempunyai arti sendiri. Selanjutnya, Rumah
adat Pakpak disebut Jerro.
Rumah adat ini sama halnya dengan
rumah adat lainnya di Sumatera Utara (Sumut). Yang pada umumnya menggunakan
tangga dan tiang penyangga.
4. Rumah Adat Mandailing
Gambar Rumah Adat Mandailing via Parsum
Suku Mandailing berada di wilayah
Provinsi Sumatera Utara (Sumut), berbatasan dengan Provinsi Riau. Daerah
Mandailing dikenal mempunyai destinasi wisata alam yang memukau. Budaya
kearifan lokal yang begitu erat dipegang oleh penduduk setempat.
Bagi Anda yang ingin melihat Rumah
Adat Mandailing, Anda dapat melihatnya di kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Kabupaten ini bagian dari wilayah Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Tapanuli
Selatan. Rumah adat ini biasanya disebut juga Bagas Godang. Yang mempunyai arti
Bagas dalam bahasa Mandailing berarti rumah sedangkan godang berarti banyak.
5. Rumah Adat Melayu
Gambar Rumah Adat Melayu via Pinterest
Di Sumatera Utara, adat Melayu bisa
anda temui di Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten
Batu Bara, Kabupaten Labuhan dan Kabupaten Serdang Begadai (Sergei) dan Tebing
Tinggi.
Suku Melayu ini mempunyai andil yang
sangat penting dalam Medan sebagai Kota terbesar ketiga di Indonesia.
Rumah Adat Melayu Deli identik dengan warna kuning dan hijau, serta dinding dan lantainya terbuat dari papan. Sedangkan atapnya menggunakan ijuk.
Rumah Adat Melayu Deli identik dengan warna kuning dan hijau, serta dinding dan lantainya terbuat dari papan. Sedangkan atapnya menggunakan ijuk.
6. Rumah Adat Nias
Gambar Rumah Adat Nias via Tanoniha
Rumah adat Nias dinamai Omo Hada,
bentuk rumah adat ini adalah panggung tradisional orang Nias. Selain itu, juga
terdapat rumah adat Nias dengan desain yang berbeda, yaitu Omo Sebua.
Omo Sebua ini merupakan rumah tempat
kediaman para kepala negeri (Tuhenori), kepala desa (Salawa), atau kaum
bangsawan.
Rumah adat ini dibangun diatas tiang-tiang kayu nibung yang tinggi dan besar, serta beralaskan Rumbia. Bentuk denahnya ada yang bulat telu, ini di daerah Nias Utara, Timur, dan Barat. Sedangkan ada pula yang persegi panjang yaitu didaerah Nias Tengah dan Selatan.
Rumah adat ini dibangun diatas tiang-tiang kayu nibung yang tinggi dan besar, serta beralaskan Rumbia. Bentuk denahnya ada yang bulat telu, ini di daerah Nias Utara, Timur, dan Barat. Sedangkan ada pula yang persegi panjang yaitu didaerah Nias Tengah dan Selatan.
Bangunan rumah adat ini tidak
berpondasi yang tertanam ke dalam tanah. Dan sambungan antara kerangkanya tidak
memakai paku, sehingga tahan goyangan gempa.
7. Rumah Adat Angkola
Gambar Rumah Adat Angkola
Angkola merupakan etnis yang berdiri
sendiri, meskipun banyak orang yang menyamakan dengan mandailing. Rumah adat
ini juga dinamai Bagas Godang seperti rumah adat Mandailing. Tetapi, terdapat
beberapa perbedaan diantara keduanya.
Rumah adat Angkola yang ada di
Sumut, atapnya menggunakan bahan dari ijuk dan dinding serta lantainya dari
papan. Keistimewaan rumah adat ini terletak pada warna dominan yaitu, hitam.
8. Rumah Adat Simalungun
Gambar Rumah Adat Simalungun
Simalungan adalah etnis yang berada
di Kabupaten Simalungun dan Kota Pematang Siantar, rumah adat ini dinamai Rumah
Bolon. Rumah adat ini mempunyai perbedaan dengan lainnya, bentuk atapnya yang
unik didesign berbentuk limas.
9. Rumah Balai Batak Toba
Gambar Rumah Batak Toba via Rilis Nasional
Rumah Balai Batak Toba merupakan
rumah adat dari daerah Sumatera Utara (Sumut). Sudah disingguh diatasm rumah
ini terbagi atas dua bagian yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon.
Berdasarkan fungsi, Jabu parsakitan
adalah tempat penyimpanan barang. Tempat ini juga terkadang dipakai sebagai
tempat untuk pembicaraan terkait dengan hal-hal adat. Sedangkan Jabu bolon
adalah rumah keluarga besar. Rumah ini tidak memiliki sekat atau kamar sehingga
keluarga tinggal dan tidur bersama. Rumah Balai Batak Toba juga dikenal sebagai
Rumah Bolon.
Berdasarkan sejarahnya, rumah bolon
didirikan oleh Raja Tuan Rahalim. Beliau dikenal perkasa dan memiliki 24 istri.
Namun, yang tinggal di istana hanya puang bolon (permaisuri) dan 11 orang nasi
puang (selir) serta anaknya sebanyak 46 orang. Sisanya, yang 12 orang lagi
tinggal dikampung-kampung yang berada satu wilayah kerajaannya.
Waktu bergulir, raja terakhir yang
menempati Rumah Bolon adalah Tuan Mogang Purba, dimana usai Kemerdekaan RI pada
tahun 1947 berakhir pula kedaulatan raja dengan terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Lalu, pada tahun 1961, pewaris Rumah
Bolon menyerahkan rumah Bolon beserta perangkatnya kepada Pemerintah Daerah
Sumatera Utara, dalam hal ini Pemerintahan Kabupaten Simalungun.
Masyarakat Batak menilai, rumah ini
tampak seperti seekor kerbau yang sedang berdiri. Pembangunan rumah adat suku
Batak ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Batak. Rumah ini
berbentuk seperti rumah panggung yang disangga oleh beberapa tiang penyangga.Tiang
penyangga rumah biasanya terbuat dari kayu.
Rumah Balai Batak Toba mempunyai
bahan dasar dari kayu. Menurut kepercayaan masyarakat Batak, rumah ini terbagi
ke dalam tiga bagian yang mencerminkan dunia atau dimensi yang berbeda-beda.
- Bagian pertama yaitu atap rumah yang diyakini mencerminkan dunia para dewa.
- Bagian kedua yaitu lantai rumah yang diyakini mencerminkan dunia manusia.
- Bagian yang ketiga adalah bagian bawah rumah atau kolong rumah yang mencerminkan dunia kematian.
. Anyang Pakis
Di provinsi Sumatera Utara tepatnya di kabupaten Asahan, terdapat makanan khas daerah tersebut yang dinamakan dengan anyang pakis. Makanan khas Sumatera Utara ini dibuat dari tanaman pakis atau tanaman paku kemudian diberi bumbu tambahan berupa kelapa hasil penyangraian. Sekilas tampilannya mirip dengan urapan, namun penggunaan kelapa sangrai yang mirip serundeng menjadi pembeda antara keduanya. Padahal walau ditilik lebih lanjut, bumbu yang digunakan sangatlah mirip, yakni ada daun jeruk, bawang merah, ketumbar, dan serai.
Masalah pembuatannya sangatlah gampang, karena rempah-rempah seperti daun jeruk dan teman-temannya di atas akan dihaluskan kemudian akan disangrai bersama parutan kelapa dan pakis tadi. Namun sebelum dimasukkan ke dalam wajan berisi kelapa parut dan bumbu halus, pakis harus dikukus terlebih dahulu. Jika ingin memperkaya menu isiannya, bisa juga dengan ditambahkannya tauge, daun pepaya, hingga kacang panjang bersama pakis yang juga harus dikukus dulu. Makanan yang juga enak dikonsumsi tanpa nasi ini dapat ditemukan di pusat jajajan ramadhan di Jalan Imam Bonkol dan Jalan Rivai, namun saat bulan Ramadhan saja. Walaupun pakis dan kelapa sangat melimpah di Asahan, namun jajanan tradisional ini justru diabaikan, sehingga hanya muncul saat bulan puasa atau acara tertentu saja.
2. Bika Ambon
Nama bika ambon yang disematkan pada makanan daerah Sumatera Utara ini dikarenaken dia adalah olahan bika yang sedikit dimodifikasi dengan jalan Ambon sebagai tempat pertama kali dijual dan dibuatnya makanan ini. Jalan Ambon sendiri bukanlah jalan di kota Ambon-nya Maluku, melainkan ada sendiri di Medan. Untuk lebih memperjelasnya, bika ambon merupakan sejenis kue yang dibuat dari adonan berupa tepung, santan, gula, dan kuning telur, namun nantinya akan difermentasi dengan menambah air nira. Penggunaan air nira kelapa itulah yang membuatnya berbeda dan menjadi produk baru khas dari ibukota Sumatera Utara, Medan.
Bahkan menurut salah seorang penjualnya, untuk membuat bika ambon agar bisa mengembang sempurna, telur yang dipakai adalah telur ayam yang baru menetas satu hari dan penggunaan santannya, harus berasal dari kelapa pinggir pantai. Tidak hanya itu, adonan yang telah dibuat nantinya harus melalui proses fermentasi air nira selama 7 jam agar benar-benar enak. Baru setelah adonan lengkap telah dibuat, nantinya akan diberi perasa makanan dan dioven selama satu jam. Kue khas Sumatera Utara dengan warna umum kuning ini dapat ditemui di jalan Majapahit, Medan Petisah, bahkan ada sekitar 30 sampai 40 toko yang menjualnya, khususnya sebagai oleh-oleh.
3. Lemang
Lemang adalah makanan khas Sumatera Utara yang dikatakan dibuat oleh bangsa Melayu, sehingga tersebar luas di Indonesia, Singapura, Malaysia, bahkan Brunei Darussalam. Di Indonesia, khususnya Sumatera Utara adalah salah satu wilayah yang paling dikenal sebagai tempat termudah mendapatkannya, bahkan salah satu kotanya bernama kota Tebing Tinggi punya julukan ‘Kota Lemang‘. Apa sih Lemang itu ? Lemang adalah makanan yang dibuat dari beras ketan yang telah bercampur dengan santan dengan proses pemasakan menggunakan perantara bambu. Biasanya sebelum dimasukkan ke bambu, nasi ketan akan terlebih dahulu dibungkus oleh daun pisang atau memasukkan daun pisang dulu ke bambu baru dimasuki beras ketan.Yang unik dari pemasakan lemang adalah cara membakarnya, karena biasanya bambu akan dibakar dengan posisi tegak ke arah bara api. Setelah matang lemang bisa disajikan dengan cara langsung dimakan atau diberi tambahan lauk. Masyarakat Tanah Air sendiri kerap mengonsumsinya dengan cara memberi tambahan isian bercita rasa manis seperti kinca, serikaya, dan selai. Namun ada pula yang menambahkan rendang, telur, serta lauk pauk lain, bahkan bisa dikonsumsi bersama buah seperti durian. Rasa lemang original tanpa tambahan adalah rasa asin gurih karena ada santan yang merasuk ke beras ketan, bahkan terkadang ada yang menambahkan garam agar rasa dari makanan pokok Sumatera Utara ini lebih terasa.
4. Bihun Bebek
Di Medan terdapat sebuah kedai yang sederhana namun punya olahan bernama Bihun Bebek Asie yang disebut-sebut sebagai olahan bihun bebek paling mahal seantero Medan. Harga satu porsinya saja bisa mencapai 60 ribu rupiah lebih, padahal hanya berisi satu mangkuk bihun dan daging bebek saja. Tapi tunggu dulu, karena ada harga ada kualitas, pada satu mangkuknya, bihun bebek yang juga dikenal dengan nama bihun bebek kumango ini terdapat suwiran daging bebek yang melimpah bercampur kuahnya yan super enak. Belum lagi rasa bihunnya yang khas menjadikannya tidak ada duanya di dunia ini.
Untuk membuat bihun, kedai tersebut menggunakan bahan dasar tepung beras yang dicampur dengan kanji, lalu dijadikan kecil-kecil seperti bihun pada umumnya. Setelah selesai dimasak, bihun ini akan dimasukkan ke mangkuk yang juga diberi kaldu bebek dengan penampilan bening tanpa lemak atau minyak sedikitpun. Agar semakin memukau, nantinya akan diberi daging bebek matang yang telah disuwir-suwir untuk menghiasinya bersama dengan taburan kucai. Masakan yang terdapat di Jalan Kumango Medan ini punya rasa gurih yang nikmat, namun ada rasa asam yang samar-samar.
5. Soto Udang
Terdapat cerita unik dibalik ditemukannya soto udang, karena olahan soto ini ditemukan secara tak sengaja oleh para penjual soto. Awalnya soto daging sapi adalah yang pertama dibuat dan dijual, namun kalangan Buddha dan Hindu di sana tidak mau mengonsumsi daging sapi. Sebagai gantinya daging ayam menjadi alternatif, namun ternyata lambat laun diberi tambahan udang di dalam satu porsinya agar rasanya semakin enak. Kini soto udang disajikan dengan suwiran ayam bakar dengan rasa kuah yang gurih dan ada aroma ayam bakar yang tercium harum.
Untuk membuatnya perlu bumbu rempah normal seperti pembuatan soto pada umumnya, yakni garam, serai, daun salam, daun jeruk, merica, dan daun bawang. Serta ada tambahan bumbu halus dari bawang merah, ketumbar, bawang putih, jahe bakar, kunyit, dan lengkuas. Dari bumbu tersebut akan dibuat kaldu ayam dari ayam yang akan digunakan sebagai soto. Di sisi lain, ayam yang telah direbus untuk menghasilkan kaldu, nantinya akan dipanggang, baru disuwir-suwir.
Sedangkan bumbu halus akan digunakan sebagai bumbu untuk memasak udang yang nantinya akan bercampur dengan kaldu ayam tadi dan hasil panggangan ayam. Setelah dirasa matang, nanti akan disajikan dalam mangkuk serta ditaburi daun bawang di atasnya. Rasanya yang gurih akan dipadukan dengan renyahnya udang dan rasa khas ayam panggang, sehingga menambah kenikmatan soto ini. Adanya udang juga akan menambah khazanah rasa sekaligus memberi tambahan gizi berupa protein hewani yang cukup tinggi.
6. Sayur Gurih Tauco
Olahan berkuah masih menjadi menu yang masuk dalam dua puluh daftar makanan khas Sumatera Utara ini, termasuk diantaranya adalaha sayur gurih tauco dari Medan. Sayur ini memiliki kuah dari santan kemudian di dalam air ada udang dan daging sapi yang dibumbui dengan bumbu tauco. Karena adanya tauco, membuatnya berbeda dari kebanyakan sayur gurih. Tidak hanya itu, penambahan tauco juga akan menghasilkan kuah yang berasa berbeda dari lainnya dan memiliki aroma yang khas. Adanya tauco yang dibuat secara fermentasi ini menandakan bahwa sayur gurih mendapat pengaruh dari masakan China dan akan menghasilkan rasa pedas gurih yang menyelimutinya.Rempah yang digunakan adalah bawang putih dan bawang merah yang dipotong lalu ditumis terlebih dahulu, baru dimasukkan cabai giling, cabai hijau, cabai merah, serai, lengkuas, dan jahe. Setelah cabai layu dan ada aroma harum, udang dan daging sapi rebus dimasukkan sebelum memasukkan tauco. Terakhir santan, merica, dan garam dimasukkan untuk menciptakan kuahnya, tunggu sampai matang, baru bisa disajikan. Untuk memberi tambahan rasa sekaligus pengganjal perut, potongan lontong sayur dan ketupat bisa dimasukkan. Belum lagi ada tambahan menu-menu masakan lain, seperti adanya telur rebus, buncis, nangka, kering tempe, serundeng, rendang, dan masih banyak lagi.
7. Kari
Kari bukanlah olahan dari Asia Tenggara, melainkan dari Asia Selatan tepatnya dari India dan kini telah meluas ke Indonesia. Namun karena telah lama masuk Indonesia, terjadi pergantian bumbu-bumbu, sehingga kari akan terasa Indonesia banget. Tercatat makanan yang juga disebut dengan kare ini memiliki rempah berupa ketumbar, merica, kunyit, jintan, cabai, paprika bubuk, kapulaga, kayu manis, cengkeh, adas manis, bunga lawang, daun salam koja, dan kelabet. Biasanya kari akan disajikan bersama dengan kuah dibarengi dengan isian berupa sayur, daging, bahkan bihun.
Di Medan sendiri ada rumah makan yang selalu ramai saat jam makan siang bernama Rumah Makan Tabona yang terletak di Jalan Mangkubumi dengan menu utamanya adalah kari. Di sana terdapat 3 varian kari yang kerap dijual, yaitu kari bihun, kari ayam, dan kari sapi. Rasanya yang enak membuat uang 26 ribu untuk membeli satu porsinya terasa tidak sia-sia dikeluarkan. Selain itu, di sana akan disajikan menu pelengkap makanan yang dikenal luas di Jepang tersebut berupa kerupuk, sate, emping, dan lain-lain untuk menemani rasa kuah kari yang pedas gurih.
8. Kue Putu Bambu
Salah satu panganan tradisional di Medan adalah kue putu bambu yang terkenal dengan suara tuutt… saat penjualnya menjajakannya. Panganan ini dibuat dengan tepung beras kemudian diisi dengan gula merah dengan aroma pandan yang sangat khas. Rasanya sendiri sangat lembut dan legit saat masuk ke mulut, serta gula merahnya yang manis akan lumer di mulut. Di Medan sendiri, kebanyakan orang menjualnya dengan membawa gerobak bersama dengan kue khas Medan lainnya berupa kue mayang medan dan ada juga klepon.
Untuk membuatnya terbilang unik, mengingat untuk membuatnya diperlukan cetakan berupa bambu yang ditaruh di kukusan. Nantinya bambu tersebut akan diisi dengan tepung beras, kelapa, dan gula merah yang nantinya akan menimbulkan suara tuuut dari uapnya. Harganya cukup mahal untuk satu buah kue putu, yakni mulai dari 1.000 sampai 1.700 rupiah per batangnya. Namun dengan membeli dengan harga seperti itu, kita bisa mendapatkan panganan yang memiliki rasa premium dan itung-itung ikut melestarikan kue tradisional.
9. Bubur Pedas
Masyarakat Medan akan menjadikan bubur pedas sebagai salah satu menu buka puasa wajib, bahkan di beberapa masjid besar di daerah Medan pengurus masjid telah menyediakan makanan ini. Sama halnya dengan bubur kebanyakan, bahan utama untuk membuatnya adalah beras yang kemudian diberi dengan daging dan sayur. Lalu adanya rempah-rempah yang cukup banyak, tak terkecuali cabai membuatnya memiliki rasa pedas, namun lembut di mulut. Kebanyakan bubur pedas hanya muncul saat bulan Ramadhan, yang bisa ditemui di masjid-masjid atau di pusat penjualan takjil di sudut kota. Bubur pedas memang sama dengan bubur-bubur lain, namun rasanya yang pedas menjadi nilai lebih dan menjadi ciri-cirinya.
Tidak hanya daging dan sayur, bubur pedas juga bisa dihiasi dengan menu anyang, yaitu sayuran berupa pakis dan toge yang cara pengolahannya ditambah dengan udang kering, cabai, asam jeruk, dan kelapa kukur goreng. Para warga lebih menyukai jika bubur ini diberi tambahan menu anyang karena akan menambah rasa enak. Di bulan puasa salah satu yang menyediakan bubur pedas gratis untuk berbuka puasa bagi musafir dan jamaah adalah Masjid Raya Medan.
10. Arsik
Di Kawasan Tapanuli, ada yang namanya arsik ikan yang dibuat menggunakan bahan dasar ikan mas atau ikan-ikan lain. Tapanuli yang notabene adalah kawasan pesisir, rasanya menggunakan ikan adalah salah cara tepat untuk meningkatkan nilai jual ikan. Arsik sendiri yang ditemukan oleh suku Batak, punya nama lain yaitu ikan mas bumbu kuning karena memang dibuat dari bumbu kuning. Namun tidak hanya ikan mas saja yang dijadikan bahan utama, karena ikan lain berupa ikan kakap dan ikan kembung, bahkan ada yang memakai daging babi tetap bisa menjadi pengganti ikan mas.
Dalam membuat arsik, memerlukan bumbu arsik yang dibuat dari perpaduan rempah-rempah seperti asam cikala atau buah kecombrang dan andaliman. Selain itu untuk menciptakan warna kuning seperti namanya bumbu kuning, maka diperlukan lengkuas dan serai. Setelah itu, bumbu halus tersebut akan dilumurkan kedalam ikan yang dipakai secara merata. Uniknya, dalam pembuatan makanan khas sumatera utara arsik, sisik ikannya tidak perlu dibuang. Terakhir, ikan berbumbu tersebut sudah siap untuk digoreng pada api kecil sampai agak mengering. Dengan rasa yang enak dari bumbunya yang meresap, arsik akan nikmat bila dimakan sebagai makanan utama atau dijadikan lauk untuk menemani nasi.
11. Naniura
Jika di Jepang ada yang namanya sashimi, yaitu ikan mentah yang bisa langsung dimakan yang biasanya diberi penyedap rasa berupa kecap asin, wasabi, dan parutan jahe. Sedangkan di Sumatera Utara khususnya daerah Tapanuli, ada makanan yang mirip makanan asal Jepang tersebut dengan nama naniura. Naniura adalah makanan dari ikan mas yang diasami, sedangkan yang membuatnya mirip sashimi adalah karena ikan tersebut tidak dimasak sama sekali. Apakah bumbu asam ini bisa membuat masak ikan ? Tentu saja, karena ikan tersebut akan diolah secara kimiawi menjadi tidak amis dan membuat bumbu meresap kedalamnya.
Makanan asli Sumatera Utara ini ternyata dulunya adalah makanan untuk para raja dan bangsawan, salah satu pengonsumsinya adalah Raja Sisingamangaraja. Bahkan orang yang bisa memasaknya haruslah para koki kerajaan yang sudah ahli untuk menyajikannya. Namun, kini makanan tersebut telah dikonsumsi khalayak ramai dan bisa dibuat siapa saja. Rasa dari ikan akan terasa sangat ketir di mulut, sehingga masyarakat Tapanuli sering mengonsumsi dengan tuak (air nira) dan minuman bersoda. Salah satu rumah makan yang menyediakannya cukup banyak, diantaranya adalah Rumah Makan Fly Over dan rumah makan lain yang menyediakan masakan Batak.
12. Natinombur
Natinombur merupakan olahan dari ikan yang disiramkan bumbu di atasnya, namun berbeda dengan naniura yang ikannya tidak dimasak, natinombur justru memasak ikannya. Nama lain dari na tinombur adalah ikan tombur, karena dulunya masakan ini harus direbus dulu, sesuai arti nama dari tombur yakni rebus. Menurut cerita, para nelayan yang mengarungi samudera ingin menyantap ikan dengan cara sederhana, sehingga saat ada ikan mereka membakarnya kemudian bumbunya direbus sebelum dihaluskan, baru ditaburkan ke atas ikan. Cerita inilah yang menjadi asal-usul kata tombur, walaupun kini bumbu yang dimasak tidak direbus, melainkan ditumis.
Ikan terbaik untuk dijadikan natinombur adalah ikan mas dan mujair, walaupun jenis ikan lain seperti gurame dan nila merah juga bisa, namun rasanya akan berbeda. Makanan dari suku Batak ini, kini dibuat dengan cara membakar atau menggoreng ikan terlebih dahulu baru diberi bumbu hasil tumisan. Rempahnya seperti bawang merah, kemiri, jeruk nipis, andaliman, dan jahe akan dicampur saat menumis. Berkat adanya andaliman, rasa dari nitanombur adalah pedas getir ditambah dengan rasa ikan bakarnya yang nikmat dengan aroma khas dari hasil pembakaran.
13. Manuk Napinadar
Nama manuk napinadar mungkin terasa asing di telinga pecinta kuliner, mengingat karena jarang dijual di warung-warung atau rumah makan. Bahkan di daerah asalnya, Sumatera Utara, manuk napinadar lebih sering disajikan hanya saat ada acara adat atau khusus. Olahan bernama napinadar ini merupakan olahan dari ayam kampung goreng atau panggang yang tersaji bersama bumbu dan sambalnya yang khas. Walaupun terlihat seperti ayam panggang pada umumnya, namun pada napinadar terdapat satu bumbu yang membuatnya berbeda dengan olahan lain yang serupa, yaitu andaliman. Rempah tersebut sering disebut merica batak karena ditempat lain sangat sulit untuk ditemui, namun subur di daerah Sumatera.
Selain itu, napinadar yang tradisional akan menggunakan darah ayam itu sendiri sebagai sambalnya, sedangkan kini penggunaan sambal darah diganti dengan kelapa gonseng atau mirip dengan serundeng. Bumbu untuk memasak makanan adat Sumatera Utara ini ada berupa cabai merah atau cabai rawit, kemiri, kencur, bawang merah, bawang putih, asam, jahe, dan tak lupa andaliman. Kesemua rempah tersebut harus terlebih dahulu dihaluskan sebelum disiramkan di atas ayam kampung yang telah dipanggang. Rasanya adalah pedas dan getir berkat adanya cabai maupun andaliman, dengan aroma panggangan yang semerbak. Karena dimasak dengan cara dipanggang, ayamnya tetap memiliki tekstur empuk dan memiliki rasa khas layaknya daging panggang lain.
14. Saksang
Jika napinadar adalah olahan dari ayam kampung yang bisa dilumuri darah, saksang juga olahan yang dibumbui darah, namun daging yang digunakan adalah daging babi, anjing, atau kerbau. Namun terkadang, penggunaan darah dihilangkan dan diganti dengan bumbu sambalnya saja yang disebut dengan na so margota. Uniknya, selain diberi hasil cincangan daging dan bumbu, saksang juga diberi dengan santan, berbeda dengan manuk napinadar. Sedangkan bumbu yang digunakan adalah andaliman, cabai, merica, serai, bawang merah, ketumbar, bawang putih, daun salam, kunyit, lengkuas, jahe, dan jeruk perut yang dihaluskan bersama santan.
Makanan khas Sumateara Utara saksang yang dibuat oleh suka Batak-nya Sumatera Utara ini kerap disajikan dengan nasi, karena memang saksang disajikan sebagai lauk. Untuk mendapatkannya bisa dengan mudah menemuinya di rumah makan di Medan atau lapo (kedai tradisional masyarakat Batak untuk makan minum). Selain itu di acara adat, kerap pula disajikan saksang, misalnya saat acara pernikahan. Namun karena dibuat dari daging dan darah yang diharamkan untuk dimakan menurut islam, maka undangan atau tamu muslim tidak memakannya. Tetapi ada juga yang menggunakan daging kerbau dan tanpa darah, sehingga dihalalkan bagi umat islam. Rasa dagingnya sangat enak, belum lagi dengan adanya bumbu rempah yang melimpah yang merasuk sampai ke dalam daging.
15. Kolak Durian
Jika biasanya kolak dibuat dari ubi atau pisang, di Medan ada yang namanya kolak durian yang dibuat dari daging durian. Penggunaan durian sendiri memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai jual durian dan memanfaatkannya, karena durian cukup melimpah di Medan. Satu porsi kolak durian tidak hanya berisi durian dengan airnya saja, melainkan ada tambahan lain berupa kolak pisang kepok, jagung manis rebus, gula aren, ketan putih hasil kukusan, dan santan. Rasanya akan sangat manis di mulut karena jagung, pisang, dan durian adalah olahan yang punya rasa manis, belum lagi adanya gula aren yang membuat rasa manisnya bertambah kuat.
Salah satu produsen pembuat kolak durian adalah Kolak Durian “Mantap” yang menggunakan daging durian dari daerah Sidikalang yang telah dikenal rasa dan aromanya yang nikmat. Selain “Mantap”, banyak lagi penjual yang memasarkan kolak durian tersebut, mengingat banyak sekali peminatnya, khususnya saat bulan ramadhan. Biasanya saat siang hari, banyak penjual yang datang di kampus Unversitas Sumatera Utara (USU) yang terletak di Jalan Doktor Mansyur. Harga yang ditawarkan sangat terjangkau, yakni mulai dari 8 ribu rupiah untuk satu porsinya yang telah diisi aneka jenis kolak.
16. Daun Singkong Tumbuk
Penggunaan daun singkong sebagai olahan khas daerah di Indonesia memang agak jarang didengar orang, namun di Medan mereka punya daun singkong tumbuk yang terbuat dari daun ubi kayu. Penyebutan kuliner yang satu ini sangatlah beragam, tergantung dari daerah mana ia dibuat, mulai dari silalat, gule bulung gadung, dan parcak. Untuk membuatnya cukup mudah, karena hanya perlu menyiapkan bumbu halus dari cabai merah, bawang merah, kunyit, dan bawang putih. Lalu daun singkong yang menjadi bahan utamanya bisa dengan mudah diambil, namun diutamakan daun yang masih muda.
Kemudian diperlukan bahan-bahan lain yakni daun singkong yang telah diiris-iris kasar, lengkuas dan batang serai yang dimemarkan, irisan batang kecombrang, dan teh ebi yang telah diseduh, disangrai, dan dihaluskan. Bahan lain adalah minyak, garam, dan santan. Memasaknya juga mudah, daun singkong dan garam direbus dulu, baru setelah matang ditiriskan dan ditumbuk halus. Bumbu-bumbu di atas termasuk bumbu halus dan lengkuas bersama kawan-kawannya bisa langsung dimasak dengan minyak panas. Terakhir daun singkong dan santan bisa dimasukkan bersama dengan bumbu yang terlebih dahulu masuk. Setelah matang, daun singkong tumbuk sudah bisa disajikan sebagai teman makan nasi. Dengan bahan utama yang hanya daun singkong saja, kandungan serat olahan ini cukup tinggi. Selain kandungan itu, daya tarik lainnya adalah rasanya yang enak, mengingat bumbunya cukup beragam.
17. Sate Kerang
Jika biasanya sate dibuat dari daging sapi atau ayam, di Medan ada yang namanya sate kerang yang menggunakan kerang sebagai bahan utamanya. Jika dilihat antara sate lain dengan sate ini memang tak banyak perbedaan, karena hanya dari dagingnya saja yang berbeda. Kerang-kerang tersebut nanti akan ditusukkan ke dalam tusukan dengan jumlah 3 sampai 4 kerang. Dengan rasa yang unik dan berbeda dari kebanyakan, rasa-rasanya menikmati sate kerang adalah pilihan yang tepat.
Kini ada salah satu produsen dengan nama Sate Kerang Rahmat yang menjajakannya dengan metode modern, yakni dikemas dengan alumunium foil dengan kotak persegi. Walaupun awalnya dibuat oleh ibunya, namun karena dia ingin mempopulerkan sate kerang, maka Rahmat Effendi mulai menjadikannya oleh-oleh khas Medan. Olahan milik pak Rahmat ini memiliki tiga varian rasa berbeda, yakni original, manis pedas, dan pedas. Yang membuatnya berkualitas adalah penggunaan kerang bulu tanpa pasir sehingga bebas dari limbah di laut. Namun untuk soal harga memang agak mahal, karena dibanderol mulai 11 ribu sampai 22 ribu per kotaknya. Untuk bisa mendapatkannya, datang saja ke tempat produksinya yang beralamatkan di Jalan Kruing No. 3D.
18. Sambal Tuktuk
Sambal tuktuk adalah panganan dari daerah Tapanuli berupa olahan sejenis sambal yang dibuat menggunakan ikan aso-aso (ikan kembung yang dibuat dari proses pengeringan). Penggunaan ikan untuk membuatnya adalah karena melimpahnya ikan di daerah pesisir Tapanuli. Walaupun bahannya hampir serupa dengan bahan pembuatan sambal pada umumnya, namun adanya andaliman membuatnya berbeda, termasuk rasanya. Selain ikan aso-aso yang akan digunakan untuk membuatnya, ada pula ikan teri tawar yang dijadikan sebagai alternatif bila ikan kembung tidak ditemukan.
Bahan yang digunakan untuk membuat sambal khas Sumatera Utara ini adalah ikan aso aso atau ikan teri, andaliman, kemiri, bawang merah, bawang putih, garam, cabai merah, cabai merah keriting, dan jeruk nipis. Dalam proses pembuatannya, cukup dengan menggoreng ikan sampai matang lalu disuwir-suwir. Bahan seperti bawang, andaliman, kemiri, dan bawang setelah itu bisa disangrai sampai berbau harum. Setelah itu, kesemua bahan yang telah disangari dhaluskan dan ditambah dengan hasil suwiran ikan, tambahkan pula garam, jeruk nipis, dan penyedap rasa agar rasanya semakin enak. Pedasnya yang sangat dominan akan terasa lezat bila bercampur dengan daging ikan yang enak dan bergizi.
19. Dali ni Horbo
Makanan tradisional Sumatera Utara dengan nama dali no horbo merupakan olahan dari susu kerbau yang dimasak sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk susu yang menggumpal seperti keju. Jika keju dibuat dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu, dali justru dibuat dengan cara tradisonal tanpa bantuan bahan kimia apapun. Selain disebut dengan dali, keju batak tersebut kerap disebut dengan bagot ni horbo karena bagot berarti susu sesuai bahan utamanya. Penggunaan susu kerbaunya juga tidak asal-asalan, karena yang akan diambil hanya dari induk kerbau yang baru melahirkan anak dengan umur 1 bulan. Begitu pula dengan proses memerahnya yang hanya dilakukan saat pagi hari saja dan setelah 5 bulan diperah, bulan selanjutnya tidak lagi diperah.
Umumnya, untuk membuat makanan asal Sumatera Utara ini hanya memerlukan susu kerbau bersama dengan air nenas dan air hasil perasan daun pepaya. Susu kerbau nantinya akan direbus sampai benar-benar mendidih, saat itu biasanya perapian akan dikecilkan lalu ditambah dengan perasaan air nenas. Tujuan penggunaan air nenas adalah agar susu kerbau lebih mudah mengental, sedangkan air daun pepaya untuk menghilangkan bau amis susu. Setelah air nenas masuk, baru diberi air daun pepaya sampai susu mendidih. Baru kali ini dali no horbo sudah siap untuk disajikan di atas piring, bila ingin membelinya cukup membayar 10 sampai 20 ribu rupiah saja. Sebagai makanan khas dan dibuat dengan cara tradisional, uang sekecil itu tidak ada apa-apanya dari keju, padahal rasanya hampir mirip, yakni gurih.
20. Mie Gomak
Mie gomak merupakan olahan mie yang berasal dari Batak Toba dengan bahan baku pembuatannya adalah mie lidi. Penamaannya dengan sebutan mie gomak bukan tanpa alasan, karena dulunya mie ini dibuat dengan cara digomak-gomak atau digenggam dengan tangan, walaupun kini tidak lagi dibuat dengan cara seperti itu. Bahkan mie tersebut mendapat sebutan spagetti batak karena mirip dengan olahan mie spagetti asal Negeri Pizza, Italia. Selain itu, mie ini memiliki dua varian, yakni basah dengan ciri khasnya memiliki kuah yang gurih dan goreng yang dibuat dengan cara digoreng.
Akan tetapi, kebanyakan mie gomak lebih dikenal dengan jenisnya yang basah alias berkuah. Biasanya setelah mie lidi direbus, nantinya akan diberi kuah berkaldu ayam yang diberikan bumbu saus dan diisi dengan sayuran. Seperti kebanyakan olahan Sumatera Utara, mie gomak juga memiliki rasa pedas dan ada tambahan bumbu andaliman yang semakin mempertegas rasa pedasnya. Untuk satu mangkuk mie gomak, dihargai cuma 5 ribu rupiah yang bisa ditemukan di kedai pinggir jalan hingga sekolah-sekolah. Karena biasanya disantap dengan bakwan, kerupuk, atau mendowan, kamu juga bisa membeli lauk tersebut agar semakin mantap rasanya.
Di atas adalah 20 makanan khas Sumatera Utara, mulai dari Medan hingga Tapanuli yang paling enak dan terkenal.
Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Batak Simalungun
Suku Batak memang miliki beberapa sub yang pada umumnya disesuaikan
dengan posisi tempat tinggal mereka. Demikian pula dengan Suku Batak
Simalungun. Suku Batak Simalungun memang kebanyakan tinggal di Kabupaten
Simalungun dan sekitarnya.
Penggunaan kain ulos merupakan
salah satu ciri pakaian adat Sumatera Utara. Demikian pula dengan pakaian adat
Simalungun ini. Hanya saja di Simalungun kain ulos disebut dengan Kain Hiou.
Pengenaan pakaian adat Batak Simalungun ini akan dilengkapi dengan beragam
aksesoris, misalnya penutup kepala dan kain samping. Penutup kepala yang
dikenakan laki-laki disebut Gotong, untuk perempuan disebut Bulang, sementara
kain sampingnya disebut Suri-suri.
Berikut gambar pakaian adat Batak Simalungun :
Berikut gambar pakaian adat Batak Simalungun :
2. Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Batak Toba
Suku Batak Toba adalah merupakan sub
atau bagian dari suku bangsa Batak. Suku Batak Toba meliputi Kabupaten Toba
Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli
Utara, sebagian Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga dan
sekitarnya.
Pakaian adat Batak Toba didominasi penggunaan kain ulos. Kain ulos merupakan kain tradisional dari Sumatera Utara. Pakaian Batak Toba ini kerap digunakan ketika menghadiri upacara atau ritual adat seperti pernikahan dan Pesta.
3. Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Batak Karo
Suku Batak
Karo merupakan suku Batak yang tinggal di daerah Kabupaten Karo Sumatera Utara,
serta sebagian di Provinsi Aceh
yaitu meliputi Wilayah Kabupaten Karo, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Langkat,
Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Deli Serdang. Suku Batak
Karo memiliki bahasa tersendiri yang disebut bahasa Karo atau cakap karo.
Adapun pakaian adat suku Batak Karo dari Sumatera Utara ini didominsai oleh warna merah dan hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Baju adat Batak Karo dari Sumatera Utara dibuat dari Kain Uis yaitu kain tenun dari Kabupaten Karo Sumatera Utara.
Adapun pakaian adat suku Batak Karo dari Sumatera Utara ini didominsai oleh warna merah dan hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Baju adat Batak Karo dari Sumatera Utara dibuat dari Kain Uis yaitu kain tenun dari Kabupaten Karo Sumatera Utara.
4. Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Batak Pakpak
Etnis Batak
Pakpak merujuk pada suku Batak Pakpak yang tinggal di daerah Kabupaten Pakpak
Bharat dan Kabupaten Dairi.
Baju adat Sumatera Utara dari daerah Pakpak ini menggunakan kain Oles, yaitu kain tradisional daerah Pakpak dilengkapi dengan berbagai aksesorisnya.
Baju adat Sumatera Utara dari daerah Pakpak ini menggunakan kain Oles, yaitu kain tradisional daerah Pakpak dilengkapi dengan berbagai aksesorisnya.
5. Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Adat Batak Angkola
Suku Batak
Angkola adalah salah satu sub suku Batak yang ada di daerah Tapanuli Selatan,
Provinsi Sumatera Utara. Nama Angkola sendiri berasal dari nama sungkai yakni Batang
Angkola (Batang =Sungai).
Seperti suku Batak lainnya di Sumatera Utara, pakaian adat Batak Angkola juga menggunakan kain ulos.
Seperti suku Batak lainnya di Sumatera Utara, pakaian adat Batak Angkola juga menggunakan kain ulos.
6. Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Adat Batak Mandailing
Suku Adat Batak Mandailing adalah
adalah salah satu sub suku Batak yang ada di Kabupaten Mandailing Ntal, Padang
Lawas dan juga terdapat di beberapa daerah di Kabupaten Tapanuli selatan.
Kebudayaan Batak Mandailing ini dipengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau. Tidak terkeculai dengan Baju Adat Mandailing seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini :
Kebudayaan Batak Mandailing ini dipengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau. Tidak terkeculai dengan Baju Adat Mandailing seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini :
7. Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Adat Batak Samosir
Suku Batak
Samosir, adalah salah satu suku Batak yang terdapat di kabupaten Samosir dan
sebagian kecil kabupaten Toba Samosir yang wilayahnya berada di pulau Samosir
dan sekitarnya. Dahulu suku Batak Samosir ini dikelompokkan ke dalam kesatuan
suku Batak Toba. Tetapi akhir-akhir beberapa berita mengatakan bahwa suku Batak
Samosir ini merupakan suatu etnis yang berbeda dan terpisah dari suku Batak
Toba. Sejak pembagian distrik HKBP wilayah suku Batak Samosir dinyatakan
berbeda dengan wilayah suku Batak Toba, walau pada dasarnya mereka adalah satu
suku bangsa.
Berikut ini contoh gambar pakaian adat suku Batak Samosir :
Berikut ini contoh gambar pakaian adat suku Batak Samosir :
8. Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Adat Batak Sibolga
Suku Batak Sibolga adalah suatu suku yang terdapat di sebagian besar Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya wilayah pegunungan dan sebagian kecil Kabupaten Tapanuli Utara tepatnya di Kecamatan Adiankoting. Suku ini sebenarnya berawal dari interaksi antara suku Batak Toba, Silindung dan Humbang dengan wilayah pesisir Tapanuli untuk menukarkan hasil pertanian mereka dengan hasil laut masyarakat Batak Pasisi. Seiring berjalannya waktu, suku ini bermigrasi lebih dekat ke pesisir untuk memudahkan kegiatan pertukaran hasil pertanian mereka dengan hasil laut.
Berikut ini gambar Baju Adat Sumatera Utara khususnya pakaian adat Batak Sibolga :
9. Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Adat Nias
Suku Nias
adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara.
Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha"
(Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö
Niha" (Tanö = tanah).
Pakaian Adat Suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan Oroba Sioli untuk pakaian perempuan. Warna pakaian adat Nias Sumatera Utara ini biasanya berwarna emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah dan putih
Berikut ini gambar pakaian adat Suku Nias Sumatera Utara
Pakaian Adat Suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan Oroba Sioli untuk pakaian perempuan. Warna pakaian adat Nias Sumatera Utara ini biasanya berwarna emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah dan putih
Berikut ini gambar pakaian adat Suku Nias Sumatera Utara
10. Baju Adat Sumatera Utara - Pakaian Adat Melayu
Pakaian adat
melayu digunakan oleh masyarakat suku Melayu yang tinggal di Sumatera Utara
antara lain di Kota Medan, Kota Binjai, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Deli
Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Batubara dan Kabupaten Serdang Bedagai.